Google menyebut kebijakan baru ini dilakukan untuk memberi kontrol penuh kepada pengguna tentang informasi sensitif seperti akses lokasi.
Cyberthreat.id - Google mengumumkan rencana untuk menindak aplikasi di Android yang meminta akses lokasi saat aplikasi tersebut tidak aktif atau tidak digunakan. Google juga menghapus opsi izin akses lokasi 'setiap saat' yang sebelumnya tersedia di Android 10.
Mulai Mei mendatang, Google akan menampilkan peringatan di backend Play Store untuk meminta semua pembuat aplikasi yang terdaftar di Adroid untuk memperbarui aplikasi mereka. Bagi yang membandel, Google mengancam menghapus aplikasi mereka dari Google Play Store.
Dalam postingan di blog perusahaan pada 19 Februari 2020, Google menyebut kebijakan baru ini dilakukan untuk memberi kontrol penuh kepada pengguna tentang informasi sensitif seperti akses lokasi.
Disebutkan, di Android 10 pengguna diberi opsi untuk memberi akses lokasi saat aplikasi sedang digunakan. Sedangkan di Android 11, Google mengatakan akan menghapus opsi akses lokasi "setiap saat" dan menggantinya dengan opsi "hanya kali ini."
Dengan opsi ini, menurut ZDnet, Anda dapat mencegah aplikasi seperti Instagram mengakses data lokasi Anda sepanjang waktu, melainkan hanya sekali saja saat Anda mungkin ingin menandai lokasi tempat mengunggah foto ke Instagram.
"Pengguna secara konsisten memberi tahu kami bahwa mereka ingin lebih mengontrol data lokasi mereka dan kami harus mengambil tindakan untuk mencegah penyalahgunaan," tulis Google.
"Kami ingin membuat lebih mudah bagi pengguna untuk memilih kapan akan membagikan lokasi dan mereka tidak seharusnya dimintai izin yang tidak diperlukan oleh aplikasi."
Perubahan kebijakan Google tentang akses lokasi ini berangkat dari fakta seringkali pembuat aplikasi diam-diam memanen data lokasi saat aplikasi tidak dipakai, lalu menjualnya ke perusahaan analitik dan pengiklan online.
Google memberi pengecualian untuk aplikasi yang mengirimkan peringatan darurat atau keselamatan, beberapa aplikasi cuaca, dan beberapa aplikasi media sosial karena akses lokasi merupakan inti dari layanan mereka.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.