Kampanye serangan siber tersebut menggunakan malware yang dapat mencuri data, menambang mata uang kripto jenis Monero, dan mengirimkan ransomware.
Cyberthreat.id – Cybereason, perusahaan keamanan siber asal Boston, AS, baru-baru ini menerbitkan laporan terkait dengan kampanye aktif peretas (hacker) di dunia mata uang kripto (cryptocurrency).
Dalam laporan yang ditulis oleh peneliti Assaf Dahan dan Lior Rochberger itu disebutkan, kampanye serangan siber tersebut menggunakan malware yang dapat mencuri data, menambang mata uang kripto jenis Monero, dan mengirimkan ransomware kepada korban di seluruh dunia.
“Penelitian mereka menyoroti tren yang sedang berlangsung di kalangan penjahat siber, di mana mereka diduga menyalahgunakan platform penyimpanan online, seperti Github, Dropbox, Google Drive, dan Bitbucket untuk menyebarkan malware,” tulis Coingeek yang diakses Senin (10 Februari 2020).
Menurut peneliti, menyimpan muatan berbahaya pada platform tepercaya memungkinkan penyerang menghindari produk keamanan antivirus. Selain itu, trik tersebut juga mengurangi risiko pengaruh ke server penjahat dengan memisahkan infrastruktur pengiriman (platform penyimpanan online) dari server.
Tim keamanan Cybereason menemukan tujuh repositori (penyimpanan) Bitbucket berbeda yang digunakan untuk mendistribusikan malware berikut:
“Serangan ini dimulai ketika pengguna yang tidak menaruh curiga saat mengunduh crack peranti lunak komersial gratis, seperti Adobe Photoshop, Microsoft Office, dan lainnya,” menurut peneliti.
Peretas sering menargetkan pengguna yang mencari produk komersial "gratis" dengan menggabungkan perangkat lunak yang sah dengan berbagai jenis malware.
Ketika pengguna menginstal "perangkat lunak komersial gratis," pengguna akan juga mengunduh Azorult dan Predator ke mesin yang rentan. Setelah diaktifkan, malware mulai berkomunikasi dengan sistem perintah dan kontrol yang berada di platform terpisah.
Kini repositori berbahaya di Bitbucket telah ditutup setelah peneliti memberitahu hal tersebut. Sulit untuk menilai berapa banyak repositori perangkat lunak lain dapat dikompromikan dengan cara yang sama, kata peneliti.
Menurut laporan tersebut, kampanye aktif ini telah menginfeksi lebih dari 500.000 mesin secara global hingga saat ini, dengan ratusan perangkat lebih terpengaruh setiap jam. Serangan itu merupakan pengingat bahwa orang-orang harus tetap sangat curiga terhadap tawaran perangkat lunak gratis.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.