Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Selasa (28 Januari 2020) di Moskow, Rusia.
Moskow, Cyberthreat.id – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Selasa (28 Januari 2020) dalam kunjungannya di Moskow, Rusia.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya sepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama di bidang pertahanan dan teknik militer.
Selama dua hari di Moskow, Prabowo dan delegasi juga melakukan serangkaian pertemuan dengan kalangan industri pertahanan dan teknologi informasi. “Khususnya terkait keamanan siber (cybersecurity),” demikian pernyataan pers dari Kedutaan Besar RI Moskow yang diterima Cyberthreat.id.
Namun, pertanyaan Cyberthreat.id kepada KBRI Moskow belum dibalas terkait sejauh mana isu keamanan siber dibahas dalam pertemuan itu.
Selama kunjungan Prabowo didampingi oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, Irjen Kemhan Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, Dirjen Kuathan Marsda TNI Ponang Djawanto, serta pejabat senior terkait Kemhan RI.
Prabowo mengatakan, Rusia telah banyak membantu Indonesia di bidang teknik militer. “Indonesia ingin terus mengembangkan hubungan dengan Rusia,” kata dia.
Menhan Shoigu mengatakan deklarasi kemitraan strategis yang sedang disiapkan kedua negara untuk ditandatangani akan menjadi tonggak penting dalam hubungan Rusia dan Indonesia.
Sementara itu, Dubes RI untuk Rusia merangkap Belarus, M. Wahid Supriyadi, mengatakna, potensi kerja sama di bidang pertahanan dan teknik militer dengan Rusia sangat besar. Kerja sama tidak hanya pada pengadaan alutsista bagi Indonesia, tetapi juga produksi bersama dan alih teknologi.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.