Namun, metode ini hanya berlaku pada iPhone yang menjalankan iOS 10.0 atau lebih baru. Sebelumnya, Google lebih dulu menerapkan fitur ini di perangkat Android.
Cyberthreat.id – Kabar baik untuk pengguna iPhone, nih! Ponselmu kini bisa dipakai untuk autentikasi dua faktor (2FA) saat mengakses layanan Google, seperti Gmail, Google Drive, dan lainnya.
Namun, metode tersebut hanya berlaku pada iPhone yang menjalankan iOS 10.0 atau lebih baru, demikian seperti dikutip dari ZDNet, Rabu (15 Januari 2020).
Selama ini metode 2FA akrab dikirim melalui pesan pendek (SMS), tapi langkah ini dianggap tidak aman. Muncullah, ide pemakaian kunci keamanan fisik yang dicolokkan ke perangkat (ponsel atau komputer).
Agar lebih simpel, kini solusi terbaru adalah menggunakan ponsel untuk verifikasi masuk ke akun platform pengguna.
Mulai pekan ini, pengguna iPhone dapat mencoba fitur baru tersebut. Cara kerja fitur ini mirip dengan kunci keamanan perangkat keras yang dicolokkan ke perangkat, bedanya hanya berbasis Bluetooth.
Sumber: 9to5google.com
Untuk menggunakan iPhone sebagai kunci keamanan akun Google, pengguna harus menginstal aplikasi Google Smart Lock versi 1.6 atau lebih baru yang tersedia gratis di App Store.
Dengan aplikasi tersebut, pengguna ketika akan masuk ke akun Google, usai mengetik nama pengguna dan kata sandi, langkah selanjutnya mengaktifkan koneksi Bluetooth iPhone untuk memverifikasi upaya log-in.
“Kunci keamanan ponsel Anda harus dekat secara fisik (dalam jangkauan Bluetooth) perangkat yang ingin masuk (log-in),” demikian tulis 9to5google.
Pengguna akan selalu diminta membuka Google Smart Lock di iPhone, setiap memasukkan nama pengguna dan kata sandi di akun Google.
Sebelumnya, Google telah menerapkan fitur keamanan 2FA tersebut untuk perangkat Android versi 7.0 atau lebih baru. []
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.