F5 Network membeli seluruh saham perusahaan keamanan siber asal California, AS tersebut senilai US$ 1 miliar atau setara Rp 13,6 triliun secara tunai.
Jakarta, Cyberthreat.id – Seluruh saham Shape Security Inc., perusahaan keamanan siber asal California, AS dibeli olehF5 Networks, Inc., perusahaan spesialis teknologi jaringan, senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,6 triliun secara tunai
Shape Security selama ini melayani keamanan siber di kalangan industri perbankan, maskapai penerbangan, peritel, dan lembaga pemerintahan. Pelayanan yang disediakan berupa perlindungan dari serangan bot, penipuan, upaya pencurian identitas (credential stuffing), dan lain-lain.
Shape Security juga memiliki teknologi pembelajaran mesin (machine learning) yang didukung analisis berbasis cloud (komputasi awan) untuk melindungi dari serangan.
“Akuisisi ini memadukan kepakaran F5 dalam melindungi aplikasi di seluruh lingkungan multi-cloud dengan kemampuan Shape Security,” demikian siaran pers yang diterima Cyberthreat.id, Kamis (16 Januari 2020).
F5 Network dan Shape Security menyatakan, akan menawarkan keamanan aplikasi end-to-end yang komprehensif.
“Dengan Shape, kami akan menciptakan proteksi end-to-end pada aplikasi sehingga aplikasi yang menciptakan pendapatan dan manjadi jangkar bagi sebuah merek akan terlindungi,” tutur Presiden dan CEO F5 Network, François Locoh-Donou.
Menurut François, dengan kemampuan yang didukung mesin pembelajaran dan kecerdasan buatan (AI), perusahaan bisa mengoptimalkan perlindungan kepada pelanggan di dunia multi-cloud yang semakin kompleks.
“F5 menyediakan pengaturan arus lalu lintas data yang optimal untuk solusi penipuan dan penyalahgunaan online [...] kami bisa bersama-sama melindungi aplikasi pelanggan dan pengguna secara lebih banyak dari serangan canggih dan lalu lintas jahat,” tutur Derek Smith, co-founder dan CEO Shape.
Akuisisi ini telah disetujui oleh Dewan Direksi F5 Network dan Shape Security. Akuisisi ini masih harus disetujui oleh pihak otoritas terkait. Transaksi ini diharapkan bisa selesai pada kuartal pertama 2020.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.