Presiden Jokowi mengatakan Indonesia saat ini tertinggal jauh dalam hal teknologi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menugaskan para duta besar Indonesia yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mencari informasi teknologi baru di luar negeri. Penugasan itu disampaikan saat Presiden Jokowi memimpin rapat kerja para kepala perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri di Istana Negara, Kamis, 9 Januari 2020.
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi mengatakan Indonesia saat ini tertinggal jauh dalam hal teknologi.
"Mengenai penemuan-penemuan misalnya, seperti cell gas, cell oil, itu apa? Sehingga kita di sini bisa mengembangkan dari yang sudah ada," kata Jokowi.
Jokowi lantas mencontohkan bagaimana para ilmuan luar negeri memperkenalkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Saat Indonesia baru ingin mempelajari hal itu, negara lain telah menemukan sebuah teknologi baru.
"Amerika ada sesuatu yang baru apa? Mengenai AI. Kita belajar belum rampung, sudah keluar yang baru. Barang ini apa, informasikan," katanya.
Jokowi menekankan Indonesia perlu belajar lebih jauh soal kecerdasan buatan untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain.
"Negara lain sudah sampai ke angka 70, kita masih mulai dari nol. Kapan kita akan bisa mengejar mereka? Ya kita memulainya dari 70. Informasi 70 dari mana bapak ibu sekalian, negara lain sampai 70?," kata Jokowi.
"Apa sih caranya mengejar seperti itu kalau kita mau mulai dari basic-nya yang enggak akan ketemu sampai kapanpun. Karena kita ingin amati pelajari kembangkan dan langsung terapkan," kata Jokowi.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.