Wilayah Asia Selatan dan Asia Timur telah menjadi traget dari group hacker asal China, Presiden Bronze
Cyberthreat.id - Grup spionase siber (cyber espionage) asal China, Presiden Bronze, dilaporkan telah menargetkan organisasi non-pemerintah (LSM) di wilayah Asia Selatan dan Asia Timur selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu, kelompok hacker ini juga menargetkan organisasi politik dan penegak hukum dengan menggunakan alat yang dimiliki dan tersedia untuk umum untuk memantau aktivitas organisasi yang ditargetkan, mendiskreditkan pekerjaan mereka, atau mencuri kekayaan intelektual mereka.
Para peretas menggunakan skrip kumpulan khusus untuk mengumpulkan jenis file tertentu atau semua file dari sistem LSM yang ditargetkan, serta kredensial dari akun jaringan hak tinggi dan akun sensitif, termasuk media sosial dan email web.
“Bukti menunjukkan bahwa kelompok itu telah menargetkan organisasi-organisasi politik dan penegakan hukum di negara-negara seperti Mongolia dan India. Para peretas itu tampaknya tertarik pada organisasi keamanan, kemanusiaan, dan penegakan hukum nasional di Asia Timur, Selatan, dan Tenggara.” tulis Secureworks, seperti dikutip dari SecurityWeek, Rabu (8 Januari 2020).
Presiden Bronze menargetkan LSM yang melakukan penelitian tentang isu-isu yang relevan dengan China, infrastruktur kelompok terkait dengan entitas di China, serta bagian dari infrastruktur operasional kelompok ini terkait dengan penyedia layanan Internet berbasis di China, dan alat-alat hacker leverage yang seperti PlugX, yang secara historis telah digunakan oleh kelompok ancaman China.
“Menargetkan jangka panjang sistemik LSM dan jaringan politik tidak menyelaraskan dengan kelompok-kelompok ancaman patriotik atau kriminal,” ungkap Peneliti Secureworks.
Para peneliti mengungkapkan, Presiden Bronze telah menunjukkan niat untuk mencuri data dari organisasi menggunakan alat-alat seperti Cobalt Strike, PlugX, ORat, dan RCSession.
“Penggunaan bersamaan dari begitu banyak alat selama satu intrusi menunjukkan bahwa kelompok dapat memasukkan aktor ancaman dengan taktik, peran, dan preferensi alat yang berbeda. Sangat mungkin bahwa Presiden Bronze memiliki alat dan kemampuan operasional tambahan yang tidak teramati,” peneliti Secureworks menyimpulkan.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.