Situs web Polri yang beralamat www.laporan.bareskrim.polri.go.id menjadi sasaran peretas dan saat ini situs tersebut tidak lagi bisa diakses.
Jakarta, Cyberthreat.id – Situs web Polri yang beralamat http://laporan.bareskrim.polri.go.id menjadi sasaran peretas. Saat ini situs web tersebut dimatikan dan tidak bisa diakses.
Kanit IV Subdit II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kompol Silvester Simamora, membenarkan adanya serangan siber terhadap situs sub-domain tersebut dan saat ini tim sedang mengumpulkan bukti-bukti.
“(Situs web) di-deface sekitar pukul 05.00 (Jumat, 27 Desember),” ujar Silvister saat dihubungi oleh Cyberthreat.id, Sabtu (28 Desember).
Di situs web Zone-H asal Estonia, yang digunakan sang peretas (hacker) untuk menyimpan arsip hasil deface, menunjukkan, bahwa pelaku mengatasnamakan diri “Typical Idiot Security”. Laman web diubah dengan latar hitam dan gambar wajah laki-laki berkacamata dan berjenggot.
Gambar wajah tersebut berwarna merah dan di bagian mukanya terdapat tanda baca (?).
Berita Terkait:
Di bagian bawah gambar wajah terdapat tulisan “Hacked By Typical Idiot Security”, “killed by justice?”, dan “memang melegakan ketika pelaku tertangkap, namun ini benar-benar pelakunya atau hanya tukar kepala demi mempercepat penyelesaian kasus ini?”
Arsip mirror tersebut di Zone-H tersebut dibuat oleh peretas pada 27 Desember 2019 pukul 19:03 WIB.
Jika melihat tulisan yang dicantumkan peretas dan gambar wajah sangat mirip Novel Baswedan, serangan siber itu tampaknya bentuk protes terhadap kasus kriminal yang dialami penyidik KPK Novel Baswedan. Pada 11 April 2017, usai Shalat Subuh di masjid dekat rumahnya, Novel diserang orang tak dikenal dengan siraman air keras hingga mata kirinya rusak. Setelah dua tahun lebih, Jumat lalu, Polri mengklaim berhasil menangkap pelaku penyerangan air keras tersebut. Pengumuman Polri tersebut langsung direspons hacktivism dengan serangan web Polri tersebut.
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.