Roberto Escobar, kakak Pablo Escobar, mengatakan, ponsel lipatnya dibuat dari bahan yang kuat sehingga tidak mudah pecah, seperti Samsung.
Cyberthreat.id – Masih ingat nama Pablo Escobar?
Publik mengenalnya sebagai gembong narkoba asal Kolombia yang tewas ditembak polisi di usia 44 tahun pada 2 Desember 1993 di negaranya. Ia adalah raja kokain dan terkenal sebagai salah satu penjahat terkaya dalam sejarah.
Dia juga tampil sebagai “Robin Hood Kolombia” dengan menyumbangkan 443 rumah untuk tunawisma dan sejumlah penduduk setempat.
Namun, tulisan ini tidak akan membahas sosoknya, tapi membahas mengenai smartphone yang menggunakan nama “Escobar”. Apa kaitannya dengan Pablo Escobar?
“Escobar Fold 1”, nama lengkap merek ponsel pintar itu, diproduksi oleh Roberto Escobar, kakak Pablo Escobar. Setelah dibebaskan dari penjara karena kasus narkoba, Roberto mendirikan Escobar Inc pada 2014.
Untuk menarik minat pembeli, ponsel Escobar dipromosikan dengan gaya provokatif: menampilkan sejumlah perempuan seksi yang membawa ponsel, di mana pada layar ponsel tersebut menampilkan wajah Pablo Escobar.
Ponsel Escobar cukup mengesankan dan unik karena lipat. Terlebih, ponsel ini juga diberi aksen emas sehingga terlihat premium.
Escobar Fold 1 setidaknya hadir di tengah kompetisi raksasa ponsel Korea Selatan dan China, Samsung dan Huawei, mengeluarkan ponse lipat—masing mengeluarkan produk Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X.
Roberto membanderol ponselnya seharga US$ 349 (Rp 4,8 juta). Dalam wawancara dengan Digital Trends, seperti dikutip oleh Sky News, Jumat (6 Desember 2019), Roberto mengatakan, ponsel lipatnya dibuat dari bahan yang kuat sehingga tidak mudah pecah, seperti Samsung.
“Layar kami dibuat dari jenis plastik spesial dan kami masih mendapatkan resolusi terbaik. Keistimewaan plastik ini adalah sulit untuk dipecahkan,” kata dia.
Roberto memiliki ambisi besar terhadap ponsel buatannya. Ia ingin bisa menyaingi Apple dan memasarkan ponselnya secara luas.
Berikut spesifikasinya:
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.