UniCredit adalah organisasi gabungan bank-bank Eropa yang bermarkas di Milan, Italia. Memiliki kira-kira 25 juta pelanggan dan beroperasi di 18 negara.
Milan, Cyberthreat.id – UniCredit, organisasi gabungan sejumlah bank Eropa yang bermarkas di Milan, Italia, mengalami pelanggaran data. Tim keamanan sibernya menemukan pelanggaran data pada 2015 dan berisi sekitar tiga juta catatan dari klien di Italia.
Perusahaan pemberi pinjaman terbesar di Italia itu mengklaim, tidak ada data detail bank yang memungkinkan akses ke rekening pelanggan atau memungkinkan transaksi ilegal yang dikompromikan oleh pihak ketiga.
Bank menambahkan, pihaknya segera meluncurkan penyelidikan internal dan memberi tahu semua otoritas terkait, termasuk polisi.
"Sejak 2016, UniCredit telah menginvestasikan 2,4 miliar euro tambahan untuk meningkatkan dan memperkuat sistem TI dan keamanan sibernya," kata bank tersebut seperti dikutip dari Reuters, Senin (28 Oktober 2019).
Pelanggaran ini adalah yang terbaru yang mempengaruhi UniCredit. Serangan itu dilakukan melalui mitra komersial eksternal yang tidak diidentifikasi oleh UniCredit.
Pada Juli 2017, perusahaan mengidentifikasi kelompok peretas yang dicurigai telah mengakses data klien dalam dua serangan terpisah,yaitu pada September dan Oktober 2016 dan mempengaruhi 400.000 pelanggan Italia.
UniCredit bukanlah satu-satunya bank yang mengalami kebocoran data pelanggan. Sektor jasa keuangan adalah target yang populer bagi para penjahat siber.
Data yang dihimpun oleh Bitglass tahun lalu menyatakan bahwa para perusahaan pemberi pinjaman di AS menderita tiga kali lebih banyak pelanggaran data dalam enam bulan pertama tahun 2018 daripada selama periode yang sama pada 2016.
Insiden pelanggaran itu termasuk pencurian orang dalam atas rincian pelanggan 1,5 juta di SunTrust Bank, demikian seperti dikutip dari Infosecurity Magazine.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.