Penelitian menyatakan deployment cloud publik di Indonesia nilainya mencapai 35-40 miliar USD terhadap PDB Indonesia periode 2019 - 2023
Jakarta, Cyberthreat.id - Penelitian terbaru Boston Consulting Group (BCG) terhadap pasar cloud publik di Indonesia menyatakan Unicorn dan startup sebagai faktor utama pendorong penggunaan cloud publik di Tanah Air.
Penelitian komprehensif tersebut mengukur dampak ekonomi dari deployment cloud publik yang nilainya mencapai 35-40 miliar USD untuk PDB Indonesia secara kumulatif dari 2019 hingga 2023.
"85 persen dari total dampak ekonomi ini dihasilkan oleh bisnis digital native dan startup internet," tulis BCG dalam keterangan tertulis yang diterima Cyberthreat.id usai Google Cloud Summit 2019 di Jakarta, Kamis (5 September 2019).
Riset BCG menemukan beberapa alasan kenapa penggunaan cloud publik makin berkembang di Tanah Air. Misalnya terjadi peningkatan produktivitas dan time to market yang lebih cepat. Kemudian adanya kebutuhan terhadap infrastruktur yang andal dan mudah disesuaikan skalanya untuk mengatur penyediaan produk dan layanan baru.
Industri tradisional termasuk lembaga keuangan dan perusahaan konglomerat besar yang dijalankan keluarga di Indonesia sudah mulai melakukan pekerjaan tertentu dengan cloud publik.
"Bisnis besar dan konglomerasi tersebut ingin meningkatkan penggunaan cloud publik dalam beberapa tahun mendatang untuk memodernisasi infrastruktur teknologi, memperbaiki pengalaman pengguna, dan membuka peluang pertumbuhan yang baru untuk bisnis ke depan."
Penelitian BCG melibatkan diskusi dengan para ahli dan stakeholder dari berbagai pasar vertikal di industri IT Tanah Air.
Survei dilakukan terhadap lebih dari 150 pengambil keputusan dalam bidang IT di Indonesia, dan pengembangan model ekonometrik yang komprehensif untuk memperkirakan dampak deployment cloud publik pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Sektor yang disurvei antara lain bisnis digital native dan startup internet, layanan perbankan dan keuangan, retail, media dan hiburan serta manufakturing.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.