Username halaman resmi Facebook tersebut diubah menjadi @Dessyofficial.
Jakarta, Cyberthreat.Id - Jagat sosial media dihebohkan dengan munculnya gambar seorang wanita yang sedang menjulurkan lidah di fanpage milik TNI Angkatan Udara. Pihak Angkatan Udara mengakui fanpage mereka diserang hacker.
Amatan Cyberthreat.Id, fanpage resmi TNI Angkatan Utara yang bercentang biru tanda terverifikasi itu mulai menampillkan unggahan yang tak terkait dengan aktivitas TNI AU sejak Senin, 2 September 2019.
Foto profil diubah dengan gambar wanita berambut pirang dengan sebatang rokok terselip d bibir. Foto sampul juga diubah menjadi sepotong tangan yang mengacungkan ibu jari, telunjuk dan jari tengah bernuansa gelap.
Lalu, foto itu berubah lagi dengan menampilkan seorang wanita berambut pirang menjulurkan lidah, dengan tulisan 'DESSY', menghiasi sampul akun Facebook TNI Angkatan Udara.
Tak hanya itu, username halaman resmi Facebook tersebut diubah menjadi @Dessyofficial.
Sejumlah netizen yang terheran-heran dengan perubahan itu menduga sistem pertahanan akun sosial media TNI AU telah dibobol hacker. Ragam komentar pun bermunculan.
Aris Setiawan: Angkatan Udara sudah dikuasai robot-robot!
Afif: Belum pernah merasakan kena cambuk pakai selang air ini orang.
Bibin: Pengin nyium sepatu PDH Bos?
Rizkyy P: Keras juga yang ngebajak, belum pernah disuruh ngerangkak sambil dipecut selang kayaknya.
Kadispen TNI AU Marsma Fajar Adriyanto mengakui Facebook Pages TNI AU itu diretas pihak tak bertanggung jawab.
"Itu di-hack. Sedang kita tangani," kata Marsma Fajar.
Selain Page FB, TNI AU memiliki akun Facebook 'Penerangan Angkatan Udara'. Marsma Fajar memastikan akun Facebook itu masih aman.
"(Akun) Facebook-nya masih kita lindungi, sudah kita ganti password. Nah, kita kan bisa bikin halaman (page). Halamannya itu yang di-hack," ujarnya.[]
Baca juga:
Mencari Cinta di Facebook, Amankah?
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.