Di hadapan kader muda Golkar, Airlangga Hartarto mengingatkan dua kunci peradaban ke depan adalah SDM dan teknologi
Jakarta, Cyberthreat.id - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, meresmikan platform SmartLinkGo (smartlinkgo.com) menjaring aspirasi dan suara generasi Millenial.
Dalam acara peresmian SmarLinkGo di Jakarta pada Sabtu (24 Agustus 2019) malam, Airlangga mengatakan kepada kader muda Golkar bahwa mereka harus menyadari teknologi dan sumber daya manusia (SDM) adalah kunci peradaban ke depan.
Indonesia, kata dia, sedang menyusun pondasi untuk menjadi negara maju sekaligus menyongsong peradaban digital yang lebih Advanced dalam beberapa tahun ke depan.
"Pada 2030 itu Indonesia adalah rising star, kita adalah negara yang maju, tapi untuk menuju kesana ada tantangan-tantangan yang akan dihadapi," kata Airlangga di hadapan kader muda Golkar saat mendeklarasikan Sahabat Muda Airlangga Hartarto (Smart).
SDM menjadi yang paling krusial karena kekuatan ekonomi ke depan bergantung kepada kualitas manusia. Menurut Airlangga, era komoditas dan sumber daya alam (SDA) sudah berakhir.
Sedangkan teknologi akan membantu mempercepat peradaban dan perubahan. SDM yang berkualitas dengan penguasaan teknologi juga telah ditegaskan Presiden Joko Widodo saat membacakan Pidato Kenegaraan di hadapan DPR dan DPD pada 16 Agustus 2019.
"Menghadapi tantangan peradaban digital di tengah keberagaman, maka penguasaan teknologi dibutuhkan untuk melakukan percepatan. Itu hanya bisa dilakukan dengan SDM yang unggul. Dan kader muda Partai Golkar harus menguasai teknologi itu," ujarnya.
SmartLinkGo adalah wadah Sosialisasi, Kreasi, dan Kolaborasi untuk semua Sahabat Muda Golkar demi menciptakan Indonesia yang lebih keren, lebih maju. Hingga kini jaringan Smart telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
"Jadi tak salah kalau saya katakan Kita Muda, Kita Indonesia!."
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.