TikTok mengatakan akan menggunakan machine learning untuk mengatasi konten-konten yang sensitif dan negatif.
Jakarta, Cyberthreat.id – Di tengah maraknya isu konten negatif di media sosial, platform video pendek TikTok memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menjaga konten di platformnya.
"Kami menggunakan machine learning untuk mengatasi video-video sensitif," kata pimpinan komunikasi TikTok Indonesia, Chaterine Siswoyo di Jakarta, Rabu (14 Agustus 2019) seperti dikutip dari Antaranews.com.
Kemampuan mesin untuk mendeteksi konten negatif itu dipadukan dengan tim manusia. TikTok akan menghapus video tersebut jika memuat konten negatif.
TikTok, yang tahun lalu menembus 10 juta pengguna di Indonesia, memberi batasan usia minimal 14 tahun untuk bergabung ke platform tersebut, lebih ketat jika dibandingkan dengan media sosial lain yang membatasi usia minimum 13 tahun.
TikTok melengkapi platform mereka dengan kontrol orangtua (parental control) agar dapat mengawasi konten yang dikonsumsi anak.
Tidak hanya urusan konten, TikTok juga memasukkan sejumlah fitur agar kesehatan mental para penggunanya terpantau selama memakai platform tersebut, melalui program digital wellbeing.
TikTok menyediakan opsi untuk membatasi waktu bermain, antara lain 40 menit, 60 menit dan 120 menit. Setelah durasi habis, pengguna secara otomatis akan keluar (log out) dari platform.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.