Pesan tersebut beredar luas di aplikasi perpesanan WhatsApp. Benarkah itu dari OVO?
Sebuah tautan yang mengatasnamakan OVO dan menawarkan hadiah saldo elektronik Rp100 ribu beredar masif di WhatsApp. Untuk mendapatkan hadiah itu, si penerima pesan diharuskan mengklik tautan yang dimulai dengan https://bitsy.pw/ovo....dan diminta menjawab sejumlah pertanyaan.
Pesan itu berbunyi,"It's back again, last time who did not got OVO cash will get this time. I got Rp. 100,000, you can also get from here https://bitsy.pw/ovo...."
Sejumlah pengguna media sosial pun sudah menyampaikan pesan waspada agar temannya berhati-hati mengeklik tautan tersebut.
"Jangan diklik webnya. Kemungkinan spam. Domain web nggak pakai nama OOV dan pake ID domain pakai punya Palau. Negara di kepulauan Pasifik."
Head of Public Relation Ovo, Sinta Setyaningsih memastikan bahwa link bukan berasal dari pihaknya. "Link tersebut bukan bentuk komunikasi dari Ovo," kata Sinta seperti dilansir Tempo.co, Rabu, 13 Agustus 2019.
Menurut Sinta, setiap promo dari OVO diberitahukan melalui website atau sosial media resmi perusahaan.
"Masyarakat dan pengguna Ovo yang ingin mengetahui kegiatan maupun program terbaru dari Ovo, dapat mengunjungi akun sosial media resmi kami melalui akun instagram @ovo_id," kata Sinta.
Sinta menghimbau masyarakat tidak mudah percaya dengan tautan yang tidak jelas asalnya. Selain itu, pengguna juga diimbau jangan membagikan kode one time password (OTP) dan pin akun Ovo kepada siapapun. "Kami juga menghimbau untuk tidak memberikan info SMS OTP/password/pin akun Ovo kepada siapapun," katanya.
Jika mendapat informasi yang mengatanasmakan OVO, Sinta menyarankan menghubungi pusat informasi OVO di nomor telepon 1500-6969. Pertanyaan juga bisa dikirim melalui surat elektronik cs@ovo.id, atau lewat pesan singkat WhatApps di nomor 08558500696.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.