Istilah pasukan besi dipakai untuk mempertahankan serangan dari AS, terutama langkah AS yang melakukan black list terhadap Huawei
Shenzhen,Cyberthreat.id - Pendiri Huawei, Ren Zhengfei berencana untuk mendirikan pasukan besi, yang dapat membantunya bertahan dari serangan Amerika Serikat (AS) demi melindungi perusahaan dari serangan dan dominasi AS di bidang teknologi. Untuk itu, Zen akan melakukan reorganisasi struktur perusahaan dalam jangka watu tiga sampai lima tahun ke depan.
"Kita harus menyelesaikan perombakan dalam kondisi yang keras dan sulit, menciptakan pasukan besi yang tak terkalahkan yang dapat membantu kita mencapai kemenangan,”kata Ren, seperti yang dikutip dari South China Morning Post, Selasa, (13 Agustus 2019).
Namun, Zen tidak menjelaskan secara gamblang, maksud pasukan besi tersebut. Tetapi, rupanya hal itu merujuk, agar karyawan Huawei memiliki mentalitas baja sehingga tidak rubuh dalam tekanan. Sebagai mantan engineer di militer China, Ren memang suka menggunakan istilah militer.
Pasca dimasukkan dalam daftar blacklist oleh pemerintah AS, Huawei memang mengalami masa sulit. Sampai sekarang, mereka belum dapat menggunakan komponen atau teknologi AS kecuali karena izin khusus.
Perusahaan teknologi terbesar di China tersebut, memang sedang bergulat dengan ancaman eksistensial setelah Washington memblokir Huawei dari membeli teknologi Amerika, memutus komponen penting dari chipset Qualcomm ke perangkat lunak operasi Google Android.
Ren, mengatakan perubahan internal sekarang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masa perang, yang berarti organisasi yang dianggap tidak perlu atau berlebihan akan dihapus. Tetapi, dia tidak memberikan perincian tentang bagaimana restrukturisasi semacam itu bisa terjadi.
"Kita benar-benar harus menyelesaikan reorganisasi ini dalam tiga hingga lima tahun,” pungkas Ren.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.