Serangan siber melalui barang-barang yang terkoneksi internet (Internet of Things/IoT) di India melonjak 22 persen dalam kuartal kedua 2019.
New Delhi, Cyberthreat.id – Serangan siber melalui barang-barang yang terkoneksi internet (Internet of Things/IoT) di India melonjak 22 persen dalam kuartal kedua 2019, demikian laporan perusahaan perangkat lunak India, Subex Limited.
Menurut laporan berjudul “State of Internet of Things (IoT) Security)”, serangan siber itu menargetkan layanan keuangan, transportasi, dan wilayah yang menerapkan konsep smart city.
Seperti dikutip dari The Economic Times, yang diakses Senin (12 Agustus 2019), peneliti mengumpulkan data serangan tersebut di 15 kota di India. Dari jumlah itu, Mumbai, New Delhi, dan Bengaluru menjadi kota terbanyak yang terkena serangan.
Perusahaan yang bermarkas di Bengaluru tersebut menyatakan, selama kuartal kedua total serangan sebanyak 33.450 kali dengan 500 di antaranya dilakukan dengan canggih.
Penelitian tersebut juga menyebutkan, sejumlah malware dikembangkan peretas (hacker) untuk menyerang proyek infrastruktur kritis di India. “Telah ada peningkatan signifikan dalam serangan pengintaian,” ujar P. Vinod Kumar, CEO Subex Limited.
Penelitian tersebut mengidentifikasi lebih dari 2.550 sampel malware di seluruh India. Selain itu, peneliti juga mengungkapkan adanya tren jumlah serangan dengan motivasi geopolitik.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.