Apple pernah sesumbar, produk Mac Pro akan tetap diproduksi di AS. Namun tenaga kerja murah China dan penghematan ongkos kirim lebih menguntungkan bagi Apple.
Apple memutuskan memindahkan pembuatan komputer terbarunya yang berharga $6.000, Mac Pro, dari Amerika Serikat (AS) ke China. Demikian laporan yang dirilis Wall Street Journal pada 28 Juni itu. Padahal Mac Pro adalah produk besar yang terakhir yang dibuat Apple di AS, tepatnya di Austin Texas. Apple seperti menjilat ludahnya sendiri karena pada 2013 Apple pernah sesumbar merencanakan untuk terus memproduksi Mac Pro di dalam negeri.
Di China, produksi Mac Pro akan dikerjakan oleh Quanta Computer, di Shanghai, yang lokasinya berdekatan dengan pabrik-pabrik pembuat komponan Apple. Quanta juga yang membuat MacBook dan smartwatch untuk Apple. Pemindahan produksi ini akan mengurangi biaya pengiriman komponen-komponen ke AS untuk perakitan final. "Seperti semua produk main, Mac Pro yang baru ini dirancang dan direkayasa di California dan komponen-komponennya berasal dari beberapa negara, termasuk AS," demikian pernyataan resmi Apple.
AS sendiri kini tengah berada dalam perang dagang dengan China. Jika AS menerapkan tarif 25% untuk semua barang impor dari China, produk Apple akan ikut terpengaruh. Jadi, meskipun Apple dibuat dengan biaya tenaga kerja murah di China, harganya dipastikan akan tetap mahal. Lihat saja Mac Pro yang baru yang dihargai $6.000 (Rp 85 juta), monitornya Apple Pro Display XDR berharga $5.000 (Rp 70 juta), dan penyangga monitor $1.000 (Rp 14,1 juta). Totalnya sekitar Rp 170 juta. Akan jadi berapa nanti jika Pemerintahan Trump menaikkan tarif impor?
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.