Alilh-alih meladeni ancaman si hacker, band rock asal Inggris itu merilis arsip rekaman 18 jamnya di Bandcamp selama 18 hari ke depan.
London, Cyberthreat.id – Radiohead, grup musik rock asal Inggris, tak mau berlarut dalam kesedihan meski arsip rekaman yang belum pernah dirilis dicuri peretas (hacker).
Dalam unggahan di Facebook-nya, Selasa (11/6/2019), seperti diberitakan Business Insider, Radiohead menyatakan, akhir pekan lalu hacker telah mencuri arsip rekaman dan meminta uang tebusan sebesar US$ 150.000 atau setara Rp 2,1 miliar (kurs dolar saat ini) jika ingin arsip itu kembali.
Materi rekaman yang dicuri dari minidisk milik vokalis Thom Yorke adalah demo rekaman era pembuatan album OK Computer. Album ini dirilis pada 1997 dan mendapat sambutan luas sampai akhirnya Radiohead mendapat penghargaan kategori Best Alternative Music Album Grammy Awards Ke-40 pada 1998.
Alilh-alih meladeni ancaman si hacker, band yang beraggotakan Thom Yorke, Jonny Greenwood, Ed O’Brien, Colim Greenwood, dan Phil Selway justru merilis arsip rekaman ke Bandcamp, platform musik yang memungkinkan musisi mengunggah dan menetapkan harga karya mereka sendiri.
Minidisk yang diretas. Foto: Thequietus.com
“Radiohead menetapkan harga sekitar US$ 23 untuk lagu berdurasi 18 jam itu di Bandcamp,” tulis Jonny Greendwood di akun Facebook-nya.
Rekaman tersebut akan tersedia di Bandcamp selama 18 hari ke depan. Hasil penjualan rekaman tersebut akan disumbangkan ke Extinction Rebellion, organisasi nirlaba yang fokus pada isu perubahan iklim, ujar Greenwood.
Greenwood mengatakan, sebetulnya rekaman lagu tersebut tidak pernah ditujukan untuk konsumsi publik. “Ini sangat panjang. Bukan unduhan ponsel,” ujar dia.
Unggahan di Facebook itu mendapatkan ribuan respons dan komentar untuk mendukung band tak usah mengindahkan permintaan hacker.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.