Forum Menteri G-20 memberikan perhatian khusus kepada literasi digital dan keamanan siber menghadapi era digitalisasi global
Jakarta, Cyberthreat.id - Pertemuan Menteri Perdagangan dan Menteri Digital Negara G-20 yang berlangsung di Tsukuba, Jepang pada 8-9 Juni 2019 mengingatkan pentingnya aspek keamanan siber dan literasi digital.
Dalam laporan bersama Forum Menteri G-20 yang di rilis Senin (10/06/2019), disebutkan bahwa keamanan dalam kerangka ekonomi digital dinilai krusial dalam memperkuat kepercayaan publik terhadap teknologi digital dan seluruh penerapan aspek ekonomi digital.
Salah satu persoalan yang mengemuka adalah terdapatnya standar keamanan dan kerentanan yang berbeda di setiap negara.
"Kesenjangan dan kerentanan keamanan ini memunculkan akibat negatif," tulis laporan setebal 14 halaman tersebut.
Jika aspek keamanan tidak terpenuhi, efeknya adalah dampak negatif terhadap inovasi digital, kepercayaan konsumen dan bisnis menurun serta keuntungan yang diperoleh dari manfaat digitalisasi tidak maksimal.
"Kami, sebagai anggota G20, menegaskan perlunya kerja sama lebih lanjut menghadapi tantangan mendesak ini. Bagaimana mengembangkan kerangka kerja dan metodologi yang disesuaikan dan dilokalkan di setiap negara."
Untuk literasi digital, Forum Menteri G-20 fokus melakukan peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknologi IT yang andal dan terpercaya. Sama halnya dengan standar keamanan, standar literasi digital di setiap negara juga berbeda.
"Kami mendorong G20 untuk mempromosikan strategi literasi digital yang fokus, khusus pada kelompok rentan dan untuk transformasi pasar tenaga kerja."
Literasi digital juga terkait koneksivitas dan jangkauan internet yang lebih luas. Forum Menteri G-20 menargetkan persoalan ini tuntas pada 2025 dengan mendorong investasi infastruktur digital, kabel serat optik serta teknologi 5G yang menargetkan lebih banyak orang.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.