Kepala BSSN Hinsa Siburian mengingatkan peran krusial media massa sebagai saluran komunikasi paling strategis dalam proses literasi siber
Jakarta, Cyberthreat.id -Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn), Hinsa Siburian, mengingatkan peran krusial media massa dalam literasi siber terutama menghadapi digitalisasi di segala bidang.
"Sinergi antara kami (BSSN) dengan media massa merupakan hal yang strategis dalam literasi dan sosialisasi," kata Hinsa membuka diskusi media bertajuk 'Perlindungan Data Pribadi' yang diselenggarakan Cyberthreat.id di Gedung BSSN, Ragunan, Jakarta, Senin (27/05/19).
Negara, kata dia, harus hadir dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai upaya melindungi warga negaranya. Untuk menjadi sebuah negara yang memiliki literasi siber dan peradaban digital yang tinggi, diperlukan pemberitaan yang selaras dengan cita-cita bangsa.
Ia mencontohkan bagaimana masyarakat harus diberikan pengertian terus-menerus terkait pemahaman antara ruang siber dan ruang nyata. Ruang nyata, ujar dia, telah memiliki seperangkat aturan dan batasan geografi yang mengatur kehidupan manusia.
Sebaliknya ruang siber menawarkan banyak hal baru dan tanpa batas. Kebaruan, kata Hinsa, berkaitan erat dengan perkembangan informasi dan teknologi sehingga mempengaruhi kehidupan manusia di dunia nyata.
"Jadi bagaimana kita bersikap di ruang nyata itu sama saja ketika di ruang siber. Kita adalah manusia Indonesia yang bersikap, berbicara, bertindak sesuai adat istiadat dan nilai luhur bangsa," ujarnya.
Editor in Chief Cyberthreat.id Nurlis E Meuko dalam sambutannya mengatakan media massa harus berkualitas dalam menyampaikan pesan maupun literasi siber ke masyarakat.
Itu sebabnya ia menekankan pentingnya wartawan dibekali pengetahuan dan ilmu teknis tentang IT.
"Sehingga nanti tidak salah pesan atau salah paham dalam hal yang disampaikan ke publik," kata Nurlis.
Nurlis menyebut ilmu pengetahuan dan skill IT merupakan investasi termahal bagi wartawan teknologi. Menurut dia, tidak ada yang mahal jika ingin mencerahkan dan mencerdaskan bangsa demi meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.