Perusahaan cybersecurity terkemuka di Jepang, Trend Micro Inc., mengatakan, peretas telah merusak jaringannya dan perusahaan kini masih menyelidikinya.
Tokyo, Cyberthreat.id – Perusahaan cybersecurity terkemuka di Jepang, Trend Micro Inc., mengatakan, peretas (hacker) telah merusak jaringannya dan perusahaan kini masih menyelidiki apakah ada data rahasia yang bocor.
Trend Micro Inc. dikenal sebagai produsen peranti lunak antivirus, Virusbuster. Seperti dinukil dari The Asahi Shimbun, Senin (20/5/2019), perusahaan membenarkan bahwa telah terjadi peretasan dan kini jaringan yang diserang hacker telah ditutup.
Advanced Intelligence, perusahaan keamanan komputer asal AS, menduga bahwa pelaku peretasan terhadap tiga vendor peranti lunak antivirus adalah kelompok Rusia.
Menurut penyelidikan Advanced Intelligence yang dirilis awal Mei 2019, kelompok peretas tersebut membobol tiga vendor yang berbasis di AS, salah satunya Trend Micro yang memiliki cabang di AS. Peretas menggunakan nama Fxsmp.
Pada Maret lalu, Fxmsp mengiklankan secara eksklusif terkait dengan data yang dicuri dari tiga vendor tersebut dengan harga US$300 ribu. Iklan itu dibuat dalam bahasa Rusia di sebuah forum online dark web.
Investigasi Advanced Intelligence menemukan, bahwa data yang dicuri dari tiga vendor, termasuk kode program peranti lunak antivirus, data pengembangan, dan data pembelajaran menggunakan kecerdasan buatan/AI (untuk mendeteksi serangan siber).
“Itu adalah di antara data paling rahasia yang digunakan oleh perusahaan komputer. Pencurian data dapat membuat perangkat lunak antivirus tidak berfungsi,” tulis The Asahi Shimbun.
Media-media AS berspekulasi bahwa perusahaan keamanan Symantec di AS juga bagian dari perusahaan yang diretas. Namun, perusahaan membantah jaringannya telah ditembus hacker.
“Advanced Intelligence telah bahwa perusahaan kami belum terpengaruh,” tutur Symantec kepada The Asahi Shimbun.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.