Di dunia yang sedang marak internet of things (IoT), kerentanan terhadap peretasan melalui mesin kopi pintar pun sangat mungkin terjadi.
Jakarta, Cyberthreat.id – Anda suka ngopi? Di era serbadigital dan terkoneksi dengan internet, Anda tak perlu pusing untuk membuat kopi, cukup menggunakan mesin kopi pintar, secangkir kopi yang Anda inginkan langsung tersedia sesuai jadwal. Dan, Anda pun tak perlu pergi ke kafe.
Di pasaran, kita bisa menemukan sejumlah produk pembuat kopi, seperti Smarter Coffee 2nd Generation, Behmor Connected Coffee Maker, Gourmia Wifi Coffee Maker, dan Nespresso Expert Espresso Machine. Mesin-mesin itu pun telah kompatibel dengan Google Assistant dan Amazon Alexa.
Berita Terkait:
Namun, jangan senang dulu. Justru, alat-alat seperti itu rentan disusupi peretas (hacker). Bahkan, peretas bisa saja mencuri informasi pribadi pemiliknya setelah membobol kelemahan dari mesin pembuat kopi tersebut.
Di dunia yang sedang marak internet of things (IoT), kerentanan terhadap peretasan sangat mungkin terjadi, demikian disampaikan oleh Vince Steckler (60), Kepala Eksekutif Keamanan Avast, seperti dinukil dari Daily Mail, yang diakses Senin (20/5/2019).
Steckler mengatakan, dengan mesin kopi yang terkoneksi internet, pemilik rumah bisa mengontrol mesin tersebut dari jarak jauh dengan ponsel. Bahkan, pengguna dapat memberikan perintah suara, jika mesin tersebut terkoneksi ke perangkat lunak asisten virtual seperti Amazon Alexa.
Berita Terkait:
Sayangnya, menurut dia, keamanan siber dari mesin kopi atau televisi pintar tidak dirancang oleh produsen. “Dan, anda tidak bisa melindunginya, bahkan tidak ada perangkat lunak dari Avast untuk Nespresso (mesin kopi pintar),” kata dia.
Ia kemudian membandingkan dengan serangan siber ke perusahaan ritel di AS pada 2013. Waktu itu, peretas bisa mengakses rincian kartu kredit dari 41 juta pembeli hanya melalui jaringan sistem pendingin udara (AC) perusahaan.
“Peretas membobol melalui jaringan AC (yang terkoneksi internet) di sebuah toko. (Hal sama juga bisa terjadi dengan) internet di rumah Anda,” kata Steckler yang mengaku tak memakai WhatsApp lantaran aplikasi olah pesan itu tak menjamin keamanan pribadinya.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.