Facebook ingin mengubah penawaran kripto menjadi semacam identitas digital yang memungkinkan pengguna membayar dengan koin Facebook di situ web pihak ketiga.
San Fransisco, Cyberthreat.id – Facebook dikabarkan tengah menjajal bidang baru, yaitu kriptokurensi atau mata uang digital.
Menurut laporan Wall Street Journal, seperti dikutip dari Mashable, Rabu (8/5/2019), Facebook sedang membahas hal itu dengan sejumlah perusahaan keuangan dan toko daring (online). Facebook merancang sistem pembayaran berbasis kripto dengan nama, "Project Libra".
Menurut WSJ, yang mengutip sumber-sumber yang akrab di bidang kriptokurensi, Facebook ingin memperluas koinnya di luar Facebook dan meminta perusahaan e-commerce lain mendukung ide tersebut.
Selain itu, menurut laporan itu, Facebook ingin mengubah penawaran kripto menjadi semacam identitas digital yang memungkinkan pengguna membayar dengan koin Facebook di situ web pihak ketiga. "Ini mirip dengan cara Anda masuk ke plaftorm atau situs web lain dengan menggunakan akun Facebook," tulis Mashable.
Dengan jumlah pengguna aktif sekitar 2,32 miliar di seluruh dunia, Facebook jelas memiliki pengaruh untuk membuat penawaran menarik bagi para pelaku usaha daring.
Salah satu keuntungan dengan mata uang kripto, tulis Mashable, adalah kemungkinan menghilangkan berbagai biaya yang terkait dengan proses pembayaran. Dan, dikabarkan Facebook sedang membicarakan proyek tersebut dengan Visa dan Mastercard.
Menurut laporan WSJ, Facebook juga mungkin menggunakan mata uang kripto untuk mengikat pembeblkian online ke iklan, misalnya. Jika pengguna mengklik iklan dan membeli produk menggunakan koin Facebook, penjual online dapat menggunakan token itu untuk membayar lebih banyak iklan (bisa jadi dengan diskon).
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.