Kecenderungan yang sama terjadi setiap tahun, penurunan aktivitas hacking di negara Islam dan Timur Tengah khususnya pada pekan pertama Ramadan
Tel-Aviv, Cyberthreat - Perusahaan keamanan siber Israel, Cytegic, menyatakan aktivitas serangan siber di negara Islam berkurang selama bulan Ramadan. Aktifitas kejahatan siber seperti hacking menurun drastis memasuki awal puasa terutama di wilayah Arab Muslim.
"Ada penurunan signifikan dalam tingkat aktivitas tepat setelah Ramadan dimulai. Khususnya di pekan pertama Ramadan," kutip pernyataan Cytegic yang dirilis Januari 2019.
Selama beberapa tahun terakhir Cytegic melakukan analisis serupa. Dengan menggunakan platform intelijen Cytegic DyTATM, ratusan ribu feed intelijen dikumpulkan, diproses dan di analisis setiap bulannya.
Metode serangan paling top yang digunakan penyerang selama periode tersebut adalah Malware, E-mail Social Engineering, Botnet dan Denial of Service.
Dalam perspektif aset, khususnya di Timur Tengah dan Amerika Utara, aset yang paling ditargetkan penyerang adalah Nilai Moneter (terutama rekening Bank), perjanjian bisnis, personally identifying information (PII) dan layanan untuk klien.
"Kecenderungan yang sama terjadi setiap tahunnya. Aktivitas peretasan kembali meningkat jelang akhir Ramadan."
Penyerang non-Muslim (yang berasal dari negara non-Muslim) tidak menunjukkan pertimbangan khusus terhadap Ramadan. Pola serangan mereka terhadap negara Muslim tetap sama sepanjang bulan Ramadan.
Awalnya Cytegic menyediakan big data hasil analisis tersebut. Belakangan data-data tersebut dihapus lalu diganti dengan sajian narasi. Data analisis ini diharapkan dapat membantu organisasi/lembaga untuk mempersiapkan diri ke depan.
"Di tahun yang akan datang, selama Ramadan berikutnya, kita harus melihat tren yang sama dan juga penurunan aktivitas peretasan yang dilakukan oleh peretas yang berafiliasi dengan negara Muslim dan wilayah Arab."
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.