Zhou dan tim-nya di Dartmouth College sedang berusaha mengembangkan cara mengirim data dengan menggunakan lampu-lampu yang kini sudah banyak terpasang di rumah.
New Hampshire, Cyberthreat.id – Kebanyakan jaringan komunikasi nirkabel (wireless) saat ini menggunakan gelombang radio untuk mengirim dan menerima data. Namun, kecepatan komunikasi melambat apabila banyak data yang harus dikirim bolak-balik lewat frekuensi radio.
Seorang periset AS yang disponsori oleh National Science Foundation kini menggunakan cahaya untuk mengirim informasi.
Pakar komputer Xia Zhou dari Dartmouth College banyak menggunakan waktunya mempelajari tentang traffic demands atau kebutuhan lalu lintas data. Karena jumlah perangkat elektronik terus bertambah dimungkinkan bisa terjadi hambatan atau kemacetan dalam lalu lintas data lewat gelombang radio.
“Karena itu kami sekarang sedang mempelajari komunikasi dengan menggunakan cahaya,” kata Zhou seperti dikutip dari VOA Indonesia, yagn diakses Minggu (28/4/2019).
Dengan dukungan National Science Foundation, Zhou dan tim-nya di Dartmouth College sedang berusaha mengembangkan cara mengirim data dengan menggunakan lampu-lampu yang kini sudah banyak terpasang di rumah penduduk. Teknologi ini disebut Li-Fi, atau Light Fidelity.
“Idenya adalah menggunakan berbagai lampu yang ada di rumah kita, khususnya dari jenis LED, atau light-emitting-diode sebagai alat pemancar nirkabel, untuk mengirim data dengan mengubah frekuensi cahaya.”
Dengan menghubungkan alat yang disebut modulator, tiap lampu LED bisa dijadikan alat komunikasi nirkabel. Menurut Zhou, dengan menggunakan modulator, yang dihubungkan dengan jaringan internet, pengguna bisa menghasilkan pulsa-pulsa cahaya yang sangat singkat, yang tidak bisa ditangkap oleh mata biasa, tapi bisa “dilihat” oleh sensor.
Keuntungannya adalah spektrum cahaya yang digunakan untuk mengirim data atau informasi itu jauh lebih besar daripada spektrum gelombang radio yang kita gunakan saat ini, sehingga jumlah data yang bisa diunggah dan diunduh juga bisa jauh lebih banyak dan lebih cepat
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.