Lima pekerjaan yang paling diminati semuanya adalah yang berhubungan dengan teknologi.
Jakarta, Cyberthreat.id – LinkedIn, jejaring profesional terbesar di dunia, menganalisa jutaan input pekerjaan yang unik dalam lima tahun terakhir, dan menemukan bahwa lima pekerjaan yang paling diminati semuanya adalah yang berhubungan dengan teknologi, banyak dari pekerjaan-pekerjaan tersebut membutuhkan kemampuan manajemen dan komunikasi.
Menurut LinkedIn, lima pekerjaan yang paling diminati di Indonesia adalah Back End Developer, Data Scientist, Android Developer, Full Stack Engineer, serta Front End Developer.
“Banyak diantaranya membutuhkan soft skills seperti keahlian manajemen dan komunikasi, menciptakan keahlian hybrid yang merupakan campuran antara peran baru dan tradisional,” kata Feon Ang, Vice President of Talent and Learning Solutions for APAC LinkedIn melalui keterangan pers, Rabu, (13/3/2019).
Terkait Back End Developer, yang dibutuhkan adalah pemograman di bidang PHP, MySQL, JavaScript, HTML, dan Java. Sedangkan, Data Scientist yang dibutuhkan adalah, Phyton, Data Analysis, R Programming, Machine Learning, dan SQL.
Sementara, Android Developer, yang dibutuhkan adalah, Java, Android Development, MySQL, PHP, dan HTML. Sedangkan, untuk Full Stack Engineer yang dibutuhkan adalah, JavaScript, PHP, MySQL, Cascading Style Sheet (CSS), HTML. Lebih lanjut, untuk Front End Developer yang dibutuhkan adalah, Cascading Style Sheet (CSS), JavaScript, HTML, PHP, serta Web Development.
“Kompetensi digital, seperti yang kita ketahui saat ini, tersusun oleh gabungan hard skill dan soft skill. Persaingan untuk mendapatkan talenta ini akan menjadi semakin sengit, jadi perusahaan perlu melahirkan tenaga kerja yang mudah beradaptasi. Pemahaman yang terkini terhadap kebutuhan dan pasokan keahlian, ketersediaan tenaga kerja, dan perubahan tenaga kerja adalah tahapan awal untuk melahirkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan,” tambah Ang.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.