Google Fit terbaru kini menyediakan pelacak detak jantung, hanya memang tidak secepat dan seefisien ketika menggunakan jam tangan pintar atau pelacak lain.
Cyberthreat.id – Jam tangan pintar (smartwatch) kini menjadi tren di kalangan pecinta olahraga karena memiliki fitur yang bisa mengukur detak jantung alias heart rate.
Bahkan, di sebagian jam tangan pintar juga menyediakan fitur pemeriksaan kadar oksigen (oximeter) dalam darah pengguna. Di masa pandemi ini, fitur satu ini penting karena untuk mengetahui kondisi saturasi oksigen pengguna tersebut normal atau tidak.
Bagi Anda yang tak memiliki jam tangan pintar, sebetulnya bisa mengecek detak jantung dengan cara lain, yaitu melalui Google Fit. Tentu, aplikasi mudah Anda temukan baik di ponsel Android maupun iPhone Anda.
Google Fit terbaru kini menyediakan pelacak detak jantung, hanya memang tidak secepat dan seefisien ketika menggunakan jam tangan pintar atau pelacak lain.
“Namun, Google Fit adalah alternatif yang baik untuk melihat statistik vital Anda,” tulis 9to5Google, dikutip Kamis (30 Desember 2021). Caranya, cukup dengan menggunakan kamera iPhone/Android dan Google Fit.
Berikut ini langkah-langkah yang bisa Anda lakukan dengan Google Fit.
Sementara, untuk pemeriksaan tingkat pernapasan Anda, juga bisa dilakukan dengan menggunakan kamera depan.
Tanpa alat tingkat profesional untuk melacak detak jantung atau pernapasan Anda dengan benar, perlu dicatat bahwa semua data yang dikumpulkan Google Fit hanyalah "nasihat" dan tidak bisa disebut "definitif."
Google memberikan disclaimer terkait dengan pemeriksaan aplikasinya itu. “Hasil ini tidak dimaksudkan untuk tujuan medis dan tidak boleh digunakan untuk mendiagnosis, mengobati, menyembuhkan, atau mencegah penyakit atau kondisi media apa pun,” tulis Google, dikutip dari How To Geek.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.