Hotel-hotel kecil sering kali menampilkan kata sandi pada papan di meja resepsionis. Lebih-lebih, kata sandi tersebut jarang diubah.
Cyberthreat.id – Saran keamanan siber yang jamak terdengar ialah jangan memakai jaringan wi-fi publik gratis untuk akses informasi penting, seperti transaksi perbankan atau yang berhubungan data pribadi.
Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, banyak orang bekerja dari rumah dan tak sedikit di lokasi umum yang menyediakan internet gratis. Sayangnya, mereka tak sadar bahwa koneksi internet tersebut rentan dari ancaman siber.
Kerentanan seperti itu sama halnya ketika terkoneksi ke bar, kafe, perpustakaan, atau hotel.
“Keamanan lemah di jaringan wi-fi hotel dapat mengekspose data pribadi,” tulis TechRepublic, diakses Rabu (7 Oktober 2020).
Sebab, kata sandi nirkabel yang dikelola oleh banyak hotel, bukanlah rahasia. Hotel-hotel kecil sering kali menampilkan kata sandi pada papan di meja resepsionis. Lebih-lebih, kata sandi tersebut jarang diubah.
Dalam banyak kasus, akses internet juga dapat dengan mudah diperoleh dengan menggunakan kombinasi nomor kamar dan kata sandi, misalnya. Pengguna biasanya tidak dapat mengontrol, memverifikasi, atau memantau keamanan jaringan, sehingga mereka tidak memiliki cara untuk mengetahui perlindungan apa yang diberlakukan.
Di sisi lain, peralatan jaringan dan perangkat lunak yang dimiliki hotel tak sedikit yang telah usang dan memiliki kerentanan yang belum tertambal.
Meskipun peralatannya mutakhir, pengguna tidak tahu apakah hotel telah memperbarui firmware dari router atau mengubah kata sandi default-nya.
Tanda-tanda diretas
Dalam peringatan baru tentang jaringan wi-fi, FBI baru-baru ini memberikan tips untuk melindungi diri dari ancaman siber. Menurut FBI, tanda-tanda perangkat Anda disusupi peretas, sebagai berikut:
Solusi yang dilakukan
Jika Anda menemukan bahwa perangkat telah disusupi, FBI menyarankan langkah-langkah berikut:
Saran ketika terpaksa akses wi-fi publik
Karena tidak ada standar industri hotel untuk akses wi-fi yang aman, jika memang ingin terkoneksi, FBI menyarankan beberapa hal, sebagai berikut:
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.