Omzet penjualan kerak telur di Jakarta mengalami peningkatan sejak berkembangnya bisnis daring.
Jakarta, Cyberthreat.id - Omzet penjualan kerak telur di Jakarta mengalami peningkatan sejak berkembangnya bisnis daring. Menurut pemilik kerak telur Lapangan Banteng Faisol, pendapatannya meningkat drastis hingga lima kali lipat.
"Sebelum ada (bisnis) online, berjualannya susah hanya laku 10 telur sehari. Sekarang pesanan banyak datang dari ojek online bisa lebih dari 50 telur," kata Faisol di Jakarta, Jumat (26/7).
Dagangan kerak telur yang dia buat itu mulai merambah pasar digital pada tahun 2017. Anak sulungnya yang mengatur sistem penjualan daring tersebut.
Faisol memiliki 10 gerai kerak telur yang tersebar di beberapa wilayah DKI Jakarta. Adapun omzetnya mencapai Rp60 juta per bulan. "Itu pendapatan kotor atau belum dikurangi biaya bahan dani gaji karyawan. Penghasilan bersih sampai Rp 30 juta per bulan," ujar dia, seperti dikutip dari Antaranews.com.
Peningkatan penjualan yang didapatkan itu membuat pedagang kuliner tradisional, khususnya kerak telur, makin makmur.
Faisol berharap ke depan kerak telur makin populer dan diminati masyarakat yang tidak hanya di Indonesia, tetapi juga mancanegara.
Kerak telur adalah makanan asli daerah Jakarta yang memiliki cita rasa gurih dan legit. Bahan baku kuliner ini terdiri atas beras ketan putih, telur ayam atau bebek, ebi (udang kering), bawang merah goreng, kemudian diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai, kencur, jahe, merica, garam, dan gula pasir.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.