Milenial memiliki potensi pasar yang amat besar dengan karakter khusus seperti melek teknologi dan suka liburan
Jakarta, Cyberthreat.id - Maskapai Sriwijaya Air menargetkan satu juta penumpang Milenial sepanjang tahun 2019. Direktur Niaga Sriwijaya Air, Joseph Tendean, mengatakan kaum Milenial adalah pasar potensial dengan keunikan khusus.
"Sampai Juni kemarin sudah ratusan ribu tiket terjual untuk Milenial," kata Joseph saat menggelar konferensi pers Mobile Appps Sriwijaya Air di Jakarta, Senin (15 Juli 2019).
Menargetkan pasar Milenial mengubah brand Sriwijaya Air yang selama ini kerap dianggap sebagai family airline. Menurut Joseph, Milenial yang dimaksud adalah kawula muda hingga keluarga yang baru menikah dengan satu atau dua anak.
"Kami tentu harus menjawab kebutuhan para Milenials yang sangat erat dengan teknologi," ujarnya.
Survei Alvara Research Center tentang Milenial 2019 menyebutkan terdapat sembilan perilaku Milenial di Indonesia. Diantaranya kecanduan internet dan melek teknologi, mudah berpaling ke produk lain jika tidak memuaskan hingga kerja cerdas dan kerja cepat.
Milenial dinilai sebagai generasi yang bisa apa saja atau multitasking. Kebutuhan liburan Milenial atau bersenang-senang juga cukup tinggi. Survei Alvara menyatakan 1 dari 3 Milenial suka liburan, minimal sekali dalam setahun.
VP Distribution Channel Digital Business and Cargo Sriwijaya Air, Ferdian, mengatakan Sriwijaya Air telah mempelajari perilaku Milenial sebelum menjalankan program yang menargetkan sejuta tiket tersebut.
Diantara yang menjadi bahan pertimbangan analitik data kaum Milenial adalah harga murah, promosi, layanan tambahan gratis hingga konsep digital payment diperbanyak.
Menurut dia, ekosistem digital untuk Milenial dibereskan terlebih dahulu di dalam Mobile Apps.
"Saat ini kami serve Kopi Kenangan gratis di penerbangan tujuan Jakarta-Surabaya. Kenapa? karena Kopi Kenangan adalah salah satu brand Milenial yang masuk dalam data customer kami," ujarnya.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.