Ada dua agenda yang akan dibawa RI ke forum G-20 yakni ekonomi digital dan kesenjangan antar negara.
Jakarta, Cyberthreat.id - Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia membawa dua agenda besar ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke G-20 di Jepang 28-29 Juni 2019.
"Yang pertama berkaitan dengan inovasi di bidang digital ekonomi dan juga yang kedua yang berkaitan upaya dalam mengatasi kesenjangan," kata Presiden dilansir Situs Kementerian Kominfo, Jumat (28 Juni 2019).
Jokowi juga akan berupaya mengingatkan para pemimpin negara, perdana menteri, presiden maupun raja-raja terkait situasi dunia yang sekarang dipenuhi ketidakpastian dan dibayangi dengan isu perang dagang yang semakin besar
"Saya berharap agar negara-negara G20, pemimpin-pemimpinnya bisa menunjukkan kearifan dan kepemimpinan kolektif sehingga situasi yang ada menjadi lebih baik dan pasti bagi kita semuanya,"
Kelompok negara G-20 dibentuk pertama kali pada pertemuan G7 di Berlin, Jerman tahun 1999. Pada September tahun 2008, KTT G-20 pertama kali digelar di Washington, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 20 kepala negara.
Negara tersebut adalah Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, Afrika Selatan dan anggota Uni Eropa.
Sebelumnya pada Forum Menteri G-20 di Tsukuba 8-9 Juni 2019 menghasilkan sejumlah kesepakatan bersama yang harus ditindaklanjuti negara peserta.
Salah satunya isu Data Free Flow with Trust (DFFT) yang akan menjadi penentu ekonomi digital ke depan.
Pertemuan G-20 bertujuan untuk menghindarkan dunia dari krisis global yang menjalar seperti yang pernah terjadi tahun 1997-1998 dan 2007-2008.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.