Moody's Corp menggandeng Team8, perusahaan cybersecurity asal Israel.
Tel Aviv, Cyberthreat.id – Moody's Corp dan Team8 menjalin kerja sama dengan merilis usaha patungan, Kamis (27 Juni 2019) di Tel Aviv, Israel. Usaha itu berkaitan tentang penilaian seberapa rentan bisnis menghadapi ancaman siber.
Moody’s adalah lembaga pemeringkat bisnis dan lembaga pemerintah asal New York, Amerika Serikat. Sementara, Team8 adalah perusahaan yang bergerak di bidang keamanan siber (cybersecurity) berkantor pusat di Tel Aviv.
Team8 didukung secara finansial oleh Moody's, Microsoft, Airbus, dan Qualcomm. CEO Team8 adalah Nadav Zafrir, mantan komandan elit Israel 8200 unit intelijen militer.
Moody's dan Team8 sedang mengembangkan kerangka kerja untuk mengukur pertahanan dan kesiapan perusahaan dalam menghadapi serangan siber. Namun, mereka enggan membeberkan nilai investasi tersebut.
"Layanan tersebut akan menjadi alat bagi perusahaan yang terlibat dalam merger dan akuisisi atau ketika membeli kebijakan asuransi siber," kata Derek Vadala, kepala eksekutif dari proyek patungan itu juga kepala risko siber Moody's seperti dikutip dar Reuters, Kamis.
Perusahaan patungan itu akan berkantor di New York dan Israel. Untuk awal-awal, perushaan akan memperkerjakan karyawan baru sekitar 12 orang, tapi diperkirakan tumbuh di tahun-tahun mendatang.
Vadala berharap memiliki pelanggan beta dalam setahun dan ke depan bisa melibatkan ribuan perusahaan. Dengan begitu, pengukuran indeks bisa dijadikan standar global.
Serangan siber menjadi perhatian serius sejak insiden virus NotPetya dari Ukraina menyebar ke seluruh dunia pada 2017; melumpuhkan ribuan komputer, mengganggu pelabuhan dari Los Angeles hingga Mumbai, bahkan menghentikan produksi di sebuah pabrik cokelat di Australia.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.